08 Oktober 2007

Catatan Pertamaku

Ini adalah catatan pertamaku di blog ini, saya hanya ingin menulis, sesuai kata hati, dan mungkin berguna buat yang lain.

Lebih dari 32 tahun saya terlahir, masa yang ketika kecil dulu sudah dianggap sebagai masa depan, masa di mana cita-cita itu terwujud dengan sempurna. Sudahkah cita-cita itu terwujud? Realisasinya sudah, dulu dengan bangga saya berkata ingin menjadi insinyur, dan ternyata ini sudah bisa direalisasikan 6 tahun yang lalu, walaupun tentu 3 tahun terlambat dari kewajaran, ini hal terbodoh dalam hidup saya, karena mau-maunya jadi 'tunggangan' kesuksesan orang, dan sampai detik inipun orang ini masih ingin menjadi 'penunggang', saya tentu tidak ingin menjadi keledai, yang dapat jatuh pada lubang yang sama.




Dengan tercapainya cita-cita itu, sudahkah selesai apa yang diinginkan dalam hidup? Seperti kata orang, bahwa manusia tidak akan pernah puas dalam hal apapun, saya setuju akan hal ini, apalagi, saya belum terlalu melihat banyak hal yang membuat saya puas, kufur nikmat? Saya berusaha menghindari itu, sampai detik inipun saya tidak pernah menyesali apa yang sudah saya jalani. Walaupun kegagalan demi kegagalan datang bertubi-tubi, saya yakin, hikmah yang ada di balik itu, ikut membuat saya bisa seperti ini! Seperti apa? Seperti sekarang ini, hanya sayang, sekarang pun saya tidak jadi apa-apa, padahal setidaknya ada tiga orang yang sangat mengharapkan kesuksesan terjadi pada saya, mereka adalah orang-orang yang sangat saya cintai. Saya berjanji, dalam sisa-sisa waktu saya, saya akan menjadi orang sukses, setidaknya tidak membuat kalian terlalu kecewa.

Tiket sukses reguler, sudah saya tukar 12 tahun yang lalu, karena saya mengejar kesuksesan yang besar, yang tidak semua orang akan bisa mencapainya, namun bisa membuat semua orang ikut merasakan kesuksesan tersebut. Mulia sekali tentunya, hanya saja, tanda kesuksesan besar ini belum begitu terlihat, masih terhalang oleh banyak hal, oleh banyak orang, tapi sepertinya orang-orang terdahulu yang memegang tiket yang sama juga menghalangi? Lapisan terdekat tampak menghalangi, lapisan di atasnya juga sepertinya menghalangi ?! Tapi, bisa juga bukan, mungkin saya salah melihat. Saya yakin, tiket ini yang benar, yang tidak mungkin terhalangi sekalipun oleh mereka, jika memang mereka berkehendak menghalangi. Ini adalah tiket terakhir saya, tanpa tiket ini, saya tidak mungkin meraih kesuksesan besar, yang bisa menyelamatkan semuanya, setidaknya itu adalah 'nafas' dari tiket terakhir ini.

Mengapa mereka berbalik arah? Bukankah arahnya sudah benar menuju ke sana? Apa yang terjadi? Mengapa semua orang pergi? Dan mengapa masih ada tersisa? Saya? Ini adalah hal terberat dalam perjuangan, tatkala rekan-rekan seperjuangan, yang dulu sama-sama berteriak 'MERDEKA', sekarang satu per satu pergi, dan takkan pernah kembali. Mereka tidak lagi melihat harapan di sini, dan memulai lagi dari nol di luar sana, satu hal yang tidak saya inginkan sama sekali. Ini hanya akan membuat perjalanan 12 tahun sia-sia semuanya. Apa yang sesungguhnya terjadi? Mereka menjawab : Ketidakjelasan!

Saat ini, di sini memang bukan yang terbaik, tapi dalam banyak hal bisa jauh lebih baik dibandingkan di luar sana, terutama tentu saja hal-hal positif yang akan sangat berguna dalam menjalani hidup ke depan, yang makin membutuhkan kemandirian dan kemahiran. Saya yakin, jika kita memiliki skill yang dibutuhkan banyak orang, tidak akan banyak prosedur yang berlaku terhadap kita, karena mereka tentu membutuhkan kita dan rugi kalau kehilangan kita.

Di luar sana angin terlalu lembut bertiup, membuat orang malas untuk mencapai langit, hanya sekali loncat saja, banyak buah yang bisa kita raih, lalu buat apa harus lompat setinggi langit? Sedang di sini, keadaan lain, pohon-pohon terlalu tinggi untuk diraih, angin terlalu kencang bertiup, terlalu enggan untuk malas, dan harus lompat setinggi langit jika ingin meraih sesuatu, berbeda, sungguh sangat jauh berbeda. Mana yang akan kau pilih kawan??

Pilihan adalah sebuah tawaran, dan pilihan terhadap suatu tawaran akan cenderung dilakukan sesuai prinsip ekonomi, modal sekecil-kecilnya dengan hasil sebesar-besarnya. Wajar jika orang jauh lebih banyak memilih angin semilir dibandingkan angin kencang. Namun ingat kawan, Tuhan akan mempersatukan kita di sebuah medan yang sama, sama semilirnya namun juga sama kencangnya, akankah kita bertahan dalam angin yang semilir? Sanggupkah kita tetap tegar dalam angin yang kencang? Bersiaplah untuk hidup prihatin tatkala memang Tuhan menghendaki, dan nikmatilah kesejahteraan sebagai hasil dari perjuangan itu, namun jangan membalikannya!

Tuhan, aku tahu engkau maha adil, engkau mampu menciptkan Isra Mi'raj bagi Muhammad, sehingga langkah spektakuler dibuat hanya dalam satu malam. Maka, ciptakanlah hal yang sama buat kami, sehingga kami mampu mengejar bahkan mendahului ketertinggalan kami dari yang lain. Amien!



[+/-] Selengkapnya...